Nama acara :
Kopdar TDA Jogja
with freelancer.co.id "Turning Your Talent into Your Business"
Tempat : EDU Hostel
Jogja
Alamat :
Jl Letjen Suprapto No 17, Ngampilan, Yogyakarta
Waktu : 18.00-22.00
WIB
Hari ini (26/4) alhamdulillah diberi kesempatan
untuk hadir di event yang cukup menarik: Kopdar TDA Jogja with freelancer.co.id
dengan tema " Turning Your Talent into Your Business". Pertama kali kenal
istilah kopi darat, acara ini sesuai dengan ekspektasi saya. Ada kopi dan teh yang
bisa diambil bebas oleh peserta. Atau mungkin di atas ekspektasi saya, ada fasilitas
dinernya! Tapi, yang terpenting di situ ada sesi utama berupa sharing bersama tiga
orang pembicara yang spesial. Pembicaranya antara lain adalah pak A. Noor Arif (owner
Dagadu), Bu Elma dari freelancer.co.id, dan mas Prayudi Wijaya (seorang user yang
telah menempati top ten user se-Indonesia).
Pembicara pertama: Ahmad Noor Arif (owner Dagadu)
Di awal sesi, beliau yang lulusan arsitektur
UGM angkatan '95 ini, sedikit menceritakan tentang quote yang sering muncul dalam
dunia kreatif. Selain itu beliau juga mengulas tentang pembajakan. Salah satu faktornya
adalah pembajakan memiliki resiko dan biaya yang lebih rendah karena tidak perlu
membayar biaya riset dan sebagainya.
Dalam presentasi beliau, beliau sedikit menjelaskan
tentang manajemen HKI (sebuah siklus) yakni sebagai berikut:
Di akhir materi beliau sedikit menjelaskan tentang
prinsip "ngopi" ala jogja yakni niteni (mengamati), nirokake (meniru),
dan nambahi (menambahi/improvisasi). Materi ditutup dengan sebuah quote dari Albert
Einstein: the secret to creativity is knowing to hide your source
Pemateri kedua yaitu bu Helma dari Freelancer.co.id.
Beliau tidak terlalu banyak memaparkan tentang tips dalam kewirausahaan, namun lebih
menekankan pada poin bahwa setiap orang itu bisa memulai dengan apapun keadaannya.
Kata kuncinya adalah: banyak orang bertalent tidak punya guts untuk memulai bisnis
mereka padahal sebenarnya mereka mampu. penyebabnya di antaranya: skill yang belum
terdevelop dengan baik, tidak punya modal, dan belum punya network.
Beliau menyampaikan beberapa pesan dalam memulai
bisnis dari keahlian kita sendiri. kata kuncinya, menemukan titik potensi terbaik
kita dan juga tentang memanfaatkan internet. Pesan beliau kurang lebih semacam ini:
dont just facebook on internet, earn some money!
Bu Elma selaku pihak dari freelancer.co.id juga
memaparkan sedikit tentang sistem yang dijalankan di freelance.co.id, kurang lebih
seperti ini: pemilik proyek mempublikasikan proyeknya, kemudian freelancer mengerjakan
proyek dan mengajukan tingkat pembayaran. Sudah OK, sebelum pemilik proyek menerima
hasil, mereka terlebih dahulu menyetor ke freelancer.co.id. Ini untuk menjaga para
freelancer agar tidak terjadi kejadian fake project. menurut saya ini merupakan
sistem yang cukup sederhana. Tapi sistem yang sederhana pun pasti butuh proses untuk
bisa mencapai kesuksesan seperti saat ini.
Pembicara terakhir yaitu mas Prayudi Wijaya,
seorang freelancer yang saat ini bisa dibilang sukses dalam dunia freelance online.
Mas Yudi menuturkan, bahwa dulu ia sempat kuliah tapi keluar karena tidak ada dana.
Kemudian setelah bekerja dan menabung, kuliah lagi tahun 2008 dan lulus tahun 2012.
Ia menuturkan kalau ia memilih jadi freelancer pada awalnya untuk mendapatkan dana
hidup selama kuliah. kuliah. Pekerjaan sebagai freelancer ini kemudian ditekuninya
sampai saat ini.Project yg dijalani bermacam-macam dari yg masih kecil-kecilan,
sampai proyek besar. Bahkan ada beberapa project yg hanya kelihatan sepele namun
dapat penghasilan cukup banyak.
Acara ditutup dengan sesi tanya jawab. Peserta
sangat antusias untuk mengajukan pertanyaan. Beberapa pertanyaan diajukan termasuk
tentang beberapa hal berkaitan dengan freelancer.co.id. Untuk sesi tanya jawab ada
satu hal yang cukup memarik bagi saya, yakni tips dari pak Arif. Kurang lebih beliau
memaparkan seperti ini: biasanya desain hanya memperkaya kemampuan desain. Tetapi,
permasalahnnya sebenarnya adalah keluaran apa yg akan kamu desain muatan apa yg
akan kamu sampaikan. Beberapa hal dibutuhkan bagi desiner untuk mengasah itu, membaca
buku, jalan-jalan, ke sekaten misalnya, dan melakukan pengamatan secara mendetail
dan komperhensif. Beliau juga menuturkan tentang pengalamannya di Dagadu sempat
beberapa kali mengundang orang yang ahli di bidangnya, untuk memaparkan muatan-muatan
yang diperlukan untuk bahan desain. Beliau juga menuturkan, sebenarnya desain tidak
ada hubungannya dengan mood. Keadaan itu bisa dibuat. Dan satu lagi tentang dua
segmen apakah bisa dilayani dengan satu nama, dan beliau jawab jangan. Menurut saya
ini masuk akal, kalau segmen yang berbeda memiliki satu brand yang sama, tentu akan
mengakibatkan konsumen pada segmen-segmen tersebut tidak nyaman. Di segmen menengah
ke atas misalnya, tentu tidak nyaman ketika ternyata brand yang ia beli dapat diperoleh
dengan harga yang jauh lebih murah karena memang ada segmen lain yang disasar oleh
brand tersebut.
Acara ditutup dengan pengumuman hasil lomba
foto dan tweet serta pengundian sebuah smart phone. Cukup panjang memang, dari jam
18.00 sampai hampir 22.00 beberapa sesi dilalui (termasuk diner) tetapi, yang didapat
sangat luar biasa. Terlebih lagi acara ini 100% gratis! Semoga acara-acara semacam
ini lebih banyak diadakan yakni untuk pengembangan diri, meningkatkan kepercayaan
diri, dan mempercepat proses menuju kemandirian bangsa tentunya.