Sunday, April 28, 2013

Kopdar TDA Jogja


Nama acara      : Kopdar TDA Jogja with freelancer.co.id "Turning Your Talent into Your Business"
Tempat             : EDU Hostel Jogja
Alamat              : Jl Letjen Suprapto No 17, Ngampilan, Yogyakarta
Waktu              : 18.00-22.00 WIB

Hari ini (26/4) alhamdulillah diberi kesempatan untuk hadir di event yang cukup menarik: Kopdar TDA Jogja with freelancer.co.id dengan tema " Turning Your Talent into Your Business". Pertama kali kenal istilah kopi darat, acara ini sesuai dengan ekspektasi saya. Ada kopi dan teh yang bisa diambil bebas oleh peserta. Atau mungkin di atas ekspektasi saya, ada fasilitas dinernya! Tapi, yang terpenting di situ ada sesi utama berupa sharing bersama tiga orang pembicara yang spesial. Pembicaranya antara lain adalah pak A. Noor Arif (owner Dagadu), Bu Elma dari freelancer.co.id, dan mas Prayudi Wijaya (seorang user yang telah menempati top ten user se-Indonesia).



Pembicara pertama: Ahmad Noor Arif (owner Dagadu)
Di awal sesi, beliau yang lulusan arsitektur UGM angkatan '95 ini, sedikit menceritakan tentang quote yang sering muncul dalam dunia kreatif. Selain itu beliau juga mengulas tentang pembajakan. Salah satu faktornya adalah pembajakan memiliki resiko dan biaya yang lebih rendah karena tidak perlu membayar biaya riset dan sebagainya.

Dalam presentasi beliau, beliau sedikit menjelaskan tentang manajemen HKI (sebuah siklus) yakni sebagai berikut:
1. Creation
2. Protectin
3. Exploitation

Di akhir materi beliau sedikit menjelaskan tentang prinsip "ngopi" ala jogja yakni niteni (mengamati), nirokake (meniru), dan nambahi (menambahi/improvisasi). Materi ditutup dengan sebuah quote dari Albert Einstein: the secret to creativity is knowing to hide your source

Pemateri kedua yaitu bu Helma dari Freelancer.co.id. Beliau tidak terlalu banyak memaparkan tentang tips dalam kewirausahaan, namun lebih menekankan pada poin bahwa setiap orang itu bisa memulai dengan apapun keadaannya. Kata kuncinya adalah: banyak orang bertalent tidak punya guts untuk memulai bisnis mereka padahal sebenarnya mereka mampu. penyebabnya di antaranya: skill yang belum terdevelop dengan baik, tidak punya modal, dan belum punya network.



Beliau menyampaikan beberapa pesan dalam memulai bisnis dari keahlian kita sendiri. kata kuncinya, menemukan titik potensi terbaik kita dan juga tentang memanfaatkan internet. Pesan beliau kurang lebih semacam ini: dont just facebook on internet, earn some money!

Bu Elma selaku pihak dari freelancer.co.id juga memaparkan sedikit tentang sistem yang dijalankan di freelance.co.id, kurang lebih seperti ini: pemilik proyek mempublikasikan proyeknya, kemudian freelancer mengerjakan proyek dan mengajukan tingkat pembayaran. Sudah OK, sebelum pemilik proyek menerima hasil, mereka terlebih dahulu menyetor ke freelancer.co.id. Ini untuk menjaga para freelancer agar tidak terjadi kejadian fake project. menurut saya ini merupakan sistem yang cukup sederhana. Tapi sistem yang sederhana pun pasti butuh proses untuk bisa mencapai kesuksesan seperti saat ini.

Pembicara terakhir yaitu mas Prayudi Wijaya, seorang freelancer yang saat ini bisa dibilang sukses dalam dunia freelance online. Mas Yudi menuturkan, bahwa dulu ia sempat kuliah tapi keluar karena tidak ada dana. Kemudian setelah bekerja dan menabung, kuliah lagi tahun 2008 dan lulus tahun 2012. Ia menuturkan kalau ia memilih jadi freelancer pada awalnya untuk mendapatkan dana hidup selama kuliah. kuliah. Pekerjaan sebagai freelancer ini kemudian ditekuninya sampai saat ini.Project yg dijalani bermacam-macam dari yg masih kecil-kecilan, sampai proyek besar. Bahkan ada beberapa project yg hanya kelihatan sepele namun dapat penghasilan cukup banyak.

Acara ditutup dengan sesi tanya jawab. Peserta sangat antusias untuk mengajukan pertanyaan. Beberapa pertanyaan diajukan termasuk tentang beberapa hal berkaitan dengan freelancer.co.id. Untuk sesi tanya jawab ada satu hal yang cukup memarik bagi saya, yakni tips dari pak Arif. Kurang lebih beliau memaparkan seperti ini: biasanya desain hanya memperkaya kemampuan desain. Tetapi, permasalahnnya sebenarnya adalah keluaran apa yg akan kamu desain muatan apa yg akan kamu sampaikan. Beberapa hal dibutuhkan bagi desiner untuk mengasah itu, membaca buku, jalan-jalan, ke sekaten misalnya, dan melakukan pengamatan secara mendetail dan komperhensif. Beliau juga menuturkan tentang pengalamannya di Dagadu sempat beberapa kali mengundang orang yang ahli di bidangnya, untuk memaparkan muatan-muatan yang diperlukan untuk bahan desain. Beliau juga menuturkan, sebenarnya desain tidak ada hubungannya dengan mood. Keadaan itu bisa dibuat. Dan satu lagi tentang dua segmen apakah bisa dilayani dengan satu nama, dan beliau jawab jangan. Menurut saya ini masuk akal, kalau segmen yang berbeda memiliki satu brand yang sama, tentu akan mengakibatkan konsumen pada segmen-segmen tersebut tidak nyaman. Di segmen menengah ke atas misalnya, tentu tidak nyaman ketika ternyata brand yang ia beli dapat diperoleh dengan harga yang jauh lebih murah karena memang ada segmen lain yang disasar oleh brand tersebut.

Acara ditutup dengan pengumuman hasil lomba foto dan tweet serta pengundian sebuah smart phone. Cukup panjang memang, dari jam 18.00 sampai hampir 22.00 beberapa sesi dilalui (termasuk diner) tetapi, yang didapat sangat luar biasa. Terlebih lagi acara ini 100% gratis! Semoga acara-acara semacam ini lebih banyak diadakan yakni untuk pengembangan diri, meningkatkan kepercayaan diri, dan mempercepat proses menuju kemandirian bangsa tentunya.

No comments:

Post a Comment