Friday, May 3, 2013

Berbicara dengan Orang yang Tepat

Manusia sebagai makhluk sosial tentu sangat butuh dengan yang namanya komunikasi. Dalam proses komunikasi, banyak metode dalam mnyampaikan aspirasi kita, seperti dengan tulisan, bahasa tubuh, dan pembicaraan tentunya. Berbicara ini ternyata dapat menimbulkan masalah tersendiri ketika pembicaraan kita didengar oleh orang yang tidak semestinya. Pendengar yang tidak semestinya di sini bukan dalam konteks orang yang mencuri dengar tentunya, namun konteks pendengar yang tidak tepat di sini adalah orang yang ikut dalam diskusi yang kita terlibat di dalamnya, namun tidak dalam kapasitas untuk mendengar apa yang akan kita sampaikan.

Tidak dalam kapasitas sendiri ada beberapa macam, namun yang akan kita bahas adalah orang yang tidak memiliki kapasitas untuk memahami, apakah diskusi yang sedang kita lakukan adalah layak untuk diketahui semua orang, orang-rang tertentu, atau hanya sebatas untuk diketahui oleh orang yang hadir dalam diskusi tersebut. Disadari atau tidak, orang semacam ini dapat membawa masalah, bahkan masalah besar dalam sebuah komunitas. Seperti informasi prematur, ketidakadilan dalam penyampaian informasi, dan penyalahartian informasi yang dapat berujung  kepada rusaknya kekompakan atau solidaritas suatu komunitas.

Masalah tentang orang yang yang tepat dalam diskusi memang bukan masalah baru dalam kehidupan bermasyarakat. Hampir selalu ada orang semacam ini dalam setiap diskusi jika kita tidak jeli dalam membawa arah diskusi. Atau bahkan mungkin kita sendiri sering menjadi seorang yang tidak tepat ada dalam sebuah diskusi karena kurangnya kontrol terhadap diri sendiri. Di sini kita dituntut untuk peka dan kritis terhadap keadaan orng-orang yang hadir di dalam diskusi dan juga topik diskusi itu sendiri.

Terkadang diskusi benar-benar terarah dan sudah memiliki satu tema yang disepakati. Diskusi semacam ini relatif lebih “aman” karena setiap anggota diskusi paling tidak sadar kalau diskusi yang sedang berlangsung adalah diskusi sebagaimana yang telah disepakati. Seandainya hasilnya adalah untuk diketahui orang-orang tertentu, tentu yang hadir telah menyadari. Akan tetapi terkadang kita terlibat dalam diskusi yang itu memang insidental dan tidak ada kesepakatan sebelumnya. Dalam kondisi semacam ini, kita dituntut jeli dalam mengamati orang-orang yang hadir. Apakah mereka sesuai dengan apa yang akan kita utarakan. Juga, kita dituntut untuk berhati-hati dalam menyampaikan suatu hal. Apakah yang akan kita sampaikan memang dapat membawa pengaruh positif jika kita sampaikan dalam forum, apakah yang akan kita sampaikan mungkin dapat diterima oleh orang yang hadir?

Sebaliknya jika kita sebagai obyek dari suatu informasi yang sedang diungkapkan dalam sebuah diskusi bebas, hendaknya kita menimbang-nimbang apakah apa yang sedang dipaparkan itu untuk yang hadir saja atau boleh diberitahukan ke yang lain selain yang hadir. Akhirnya itu semua kembali kepada diri kita masing-masing. Apakah kita termasuk orang yang peka dan kritis sebagai orang yang didengar? Apakah kita sudah cukup mengerti, sebagai pendengar untuk menyikapi apa yang kita dengar? Kadang kala diam itu jauh lebih baik. Baik itu sebelum berbicara, ataupun setelah mendengar.  

No comments:

Post a Comment